”I Am Satisfied with My Marriage”: An Experience from Madurese Women who Married Early

Authors

  • Yudho Bawono Psychology Doctoral Program, Faculty of Psychology, Airlangga University
  • Dewi Retno Suminar Faculty of Psychology, Airlangga University
  • Wiwin Hendriani Faculty of Psychology, Airlangga University

DOI:

https://doi.org/10.21512/humaniora.v10i3.5887

Keywords:

marital satisfaction, early marriage, Madurrese women

Abstract

The research aimed at examining ways by which Madurese women could achieve satisfaction in early marriage. Its used a qualitative research method with an interpretative phenomenological analysis (IPA). To understand the meaning of one’s experience by looking for themes from available data, IPA rested on three pillars, namely phenomenology, hermeneutics, and idiography. The researchers used semi-structured interviews to collect data and purposive homogeneous sampling. The participants involved were three married women under 18 years old who were living in Madura. The results of the research show that the three women are satisfied with their marriage. The satisfaction of their marriage can be seen from taking care of each other when sick, giving her enough money, and always happy with her husband, not far apart. Furthermore, Madurese women dissatisfaction in her marriage can be seen from anger if she is not given money and is not helped in doing household.

Dimensions

Plum Analytics

References

Arroisi, R. H., & Quraisyin, D. (2015). “Arranged married” dalam budaya patriarkhi (Studi kasus komunikasi budaya pada pernikahan di desa Ambunten, kabupaten Sumenep). Komunikasi, 9(2), 131–140.

Aryanto. (2017). Remaja siap nikah belum tentu dewasa. Intisari, 70–78.

Bawono, Y., & Suryanto, S. (2019). Does early marriage make women happy ? A phenomenological finding from Madurese women. Journal of Educational, Health, and Community Psychology, 8(1), 85–100.

BPS. (2016). Perkawinan usia anak di Indonesia 2013 dan 2015. Jakarta: BPS.

Diananda, E. (2016). Makna kebahagiaan dalam pernikahan pada remaja awal yang melakukan pernikahan siri di kelurahan Sidodadi Samarinda. Psikoborneo, 4(2), 416–424.

Fawaid, F., & Hadi, M. H. A. (2015). Pelaksanaan nikah Ngodheh (Studi komparasi hukum Islam dengan hukum adat) di desa Bangkes kecamatan Kadur kabupaten Pamekasan Madura. Panggung Hukum, 1(2), 218–247.

Hajihasani, M., & Sim, T. (2018). Marital satisfaction among girls with early marriage in Iran: Emotional intelligence and religious orientation. International Journal of Adolescence and Youth, 24(3), 1–10. https://doi.org/10.1080/02673843.2018.1528167.

Hidayati, W., & Uyun, M. (2017). Faktor-faktor pernikahan remaja Muslim. PSIKIS-Jurnal Psikologi Islami, 3(2), 106–117. doi: https://doi.org/10.19109/psikis.v3i4.1755.

John, N. A., Edmeades, J., Murithi, L., & Barre, I. (2018). Child marriage and relationship quality in Ethiopia. Culture, Health & Sexuality, 21(8), 853-866. https://doi.org/10.1080/13691058.2018.1520919.

Kahija, Y. F. (2017). Penelitian fenomenologis: Jalan memahami pengalaman hidup. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Karisyati, S., & Hadi, M. H. A. (2017). Tradisi Bhāākāl Ekakoãghĭ (Perjodohan sejak dalam kandungan) di desa Sana Laok, kecamatan Waru, Pamekasan, Madura dalam perspektif hukum adat dan hukum Islam. SUPREMASI HUKUM, 6(2), 25–48.

Kompas. (2017). Lima daerah jadi percontohan, perkawinan usia anak rentan timbulkan masalah sosial dan kesehatan. Jakarta: Kompas Gramedia.

Mahfudin, A., & Waqi’ah, K. (2016). Pernikahan dini dan pengaruhnya terhadap keluarga di kabupaten Sumenep, Jawa Timur. Jurnal Hukum Keluarga Islam, 1(1), 33–49.

Mardhatillah, M. (2014). Perempuan Madura sebagai simbol prestise dan pelaku perjodohan. Musawa, 13(2), 167–178. doi: https://doi.org/10.14421/musawa.2014.132.167-178.

Mu’in, A., & Hefni, M. (2016). Tradisi Ngabulâ di Madura (Sebuah upaya membentuk keluarga sakinah bagi pasangan muda). KARSA: Jurnal Sosial Dan Budaya Keislaman, 24(1), 109–125. https://doi.org/10.19105/karsa.v24i1.999.

Munawara., Yasak, E. M., & Dewi, S. I. (2015). Budaya pernikahan dini terhadap kesetaraan gender masyarakat Madura. Jurnal Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, 4(3), 426–431.

Muthmainnah. (2018). Persepsi masyarakat tentang mitos Sangkal perempuan penolak lamaran di Desa Penagan, Sumenep, Madura. PAMATOR, 11(1), 1–9.

Muti’ah, S. (2015). Hubungan antara religiusitas dan penyesuaian perkawinan pada remaja putri yang menikah di usia dini. Surabaya: Universitas Airlangga.

Muzaffak. (2013). Pengaruh tingkat pendidikan dan ekonomi terhadap pola keputusan orang tua untuk mengkawinkan anaknya di desa Karang Duwak, kecamatan Arosbaya, kabupaten Bangkalan. Jurnal Paradigma, 1(1), 1–8.

Nindyasari, Y. (2018). Pengaruh kematangan emosi dan interaksi keluarga terhadap kepuasan pernikahan keluarga menikah dini. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Ningsih, E. Y., & Handoyo, P. (2015). Perjodohan di masyarakat Bakeong Sumenep Madura (Studi fenomenologi tentang motif orangtua menjodohkan anak). Paradigma, 3(3), 1–5.

Nuri, S. (2016). Agresivitas remaja putri akibat tradisi tan mantanan di desa Poteran kecamatan Talango kabupaten Sumenep. Bangkalan: Universitas Trunojoyo Madura.

Rachmad, T. H. (2017). Kontestasi pernikahan dini dalam kajian budaya Madura. In N. D. Kurniawati, T. H. Rachmad, & Yuriadi (Eds.), Fenomena pernikahan dini di Madura. Malang: AE Publishing.

Rahayu, W. Y., & Bawono, Y. (2017). Emotion focus coping pada perempuan Madura yang menikah karena perjodohan. In F. R. S. Edi & Yuriadi (Eds.), Community Well Being for A Better Life (pp. 13–22). Bangkalan: Penerbit Elmatera.

Roswendi, A., & Suhandi, W. (2014). Hubungan pengetahuan kesehatan reproduksi dengan pernikahan dini di desa Langensari kecamatan Blanakan kabupaten Subang periode oktober 2013-maret 2014. Jurnal Kesehatan Kartika, 9(2), 1–12.

Rumondor, P. C. B. (2013). Pengembangan alat ukur kepuasan pernikahan pasangan urban. Humaniora, 4(2), 1134–1140.

Sa’dan, M. (2015). Menakar tradisi kawin paksa di Madura dengan barometer HAM. Musawa, 14(2), 143–155. doi: https://doi.org/10.14421/musawa.2015.142.143-156.

Sakdiyah, H., & Ningsih, K. (2013). Mencegah pernikahan dini untuk membentuk generasi berkualitas. Masyarakat, Kebudayaan Dan Politik, 26(1), 35–54.

Setyawan, A., & Herdiana, I. (2016). Kualitas hidup perempuan pulau Mandangin yang menikah dini. Jurnal Psikologi Kepribadian dan Sosial, 5(1), 1–10.

Smith, J. A., Flowers, P., & Larkin, M. (2009). Interpretative phenomenological analysis: Theory, method, and research. London: SAGE Publications Ltd.

Sulaiman. (2012). Dominasi tradisi dalam perkawinan di bawah umur (Domination of tradition in under age marriage). Jurnal Analisa, 19(1), 15–26.

Sumbulah, U., & Jannah, F. (2012). Pernikahan dini dan implikasinya terhadap kehidupan keluarga pada masyarakat Madura (Perspektif hukum dan gender). Egalita Jurnal Kesetraaan Dan Keadilan Gender, 7(1), 83–101.

Susanti, E. (2018). Unequal gender relations in the practices of girl marriage in poor families at East Java Province. Masyarakat, Kebudayaan dan Politik, 31(4), 440–450.

Susilo, S. (2017). Makna pernikahan dini bagi orang tua pada masyarakat pengemis di dusun Pelangaran, Brata Tinggi kecamatan Tlanakan kabupaten Pamekasan Madura. Prosiding Seminar Nasional Tahunan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan, 1(1), 472–476.

Van der Kooij, Y. (2016). Early marriage in West Java: Understanding girls’ agency in the context of “traditional” and changing norms regarding gender and sexuality. Amsterdam: University of Amsterdam.

Yunitasari, E., Pradanie, R., & Susilawati, A. (2016). Pernikahan dini berbasis transkultural nursing di desa Kara kecamatan Torjun Sampang Madura. Jurnal Ners, 11(2), 164–169.

Zumriyah, R. (2015). Keharmonisan keluarga pada pasangan yang menikah dini (Studi kasus pasangan menikah dini di Desa Larangan Kabupaten Pamekasan). Madura: Universitas Trunojoyo Madura.

Downloads

Published

2019-11-29

Issue

Section

Articles
Abstract 1182  .
PDF downloaded 367  .