https://journal.binus.ac.id/index.php/icj/issue/feedIndonesian Character Journal2024-06-25T06:58:54+00:00Dr. Frederikus Fios, S.Fil., M.Thfrederikus.fios@binus.eduOpen Journal Systems<p>E-ISSN : <a title="ISSN ICJ" href="https://issn.brin.go.id/terbit/detail/20240122381318425" target="_blank" rel="noopener">3032-4173</a></p> <p>Indonesian Character Journal is a bi-annual journal, publish in January and July. Indonesia Character Journal focuses on P<span class="ui-provider bbc bbd c d e f g h i j k l m n o p q r s t bbe bbf w x y z ab ac ae af ag ah ai aj ak" dir="ltr">ancasila values & implementation, civic education, religion & interfaith studies, language & culture, Sustainable Development Goals (SDGs), and philosophies</span>. Our journal is managed by the Character Building Development Center of Universitas Bina Nusantara.</p> <p>There is no article-processing charge for all accepted papers and will be freely available to all readers with worldwide visibility and coverage. ICJ invites scholars from various backgrounds to submit their manuscripts as mentioned above. ICJ is essential reading for academics, graduate students, and all those interested in research on general education (national character)</p> <p><a href="https://journal.binus.ac.id/index.php/icj/about/submissions">Submit Here</a></p> <p><a href="https://statcounter.com/p12897971/summary/">Statistic</a></p> <p><a href="https://journal.binus.ac.id/index.php/icj/about/contact">Contact</a></p>https://journal.binus.ac.id/index.php/icj/article/view/10694Eksplorasi Nilai-Nilai Pancasila Dalam Memerangi Bullying di Lingkungan Perguruan Tinggi2024-05-06T04:36:34+00:00Sahrona Harahapsahronaharahap@uncip.ac.id<div> <p class="abstract">This study explores the implementation of Pancasila values, specifically justice, tolerance, equitable humanity, mutual cooperation, and wise leadership, in the Pancasila Education course at the higher education level to address bullying cases. The research employs a qualitative method with a phenomenological approach to deeply understand students' comprehension of Pancasila values in this context. The results indicate that the incorporation of these values in the coursework significantly enhances students' understanding, attitudes, and commitment to preventing and addressing bullying on campus. By involving students in learning activities that include discussions, projects, field practices, awareness campaigns, and reflections, character education grounded in Pancasila can serve as a crucial foundation in shaping students with strong social consciousness, preparing them to face future challenges.</p> <p class="abstract"> </p> </div> <p><em><span style="font-weight: 400;">Penelitian ini mengeksplorasi pelaksanaan nilai-nilai Pancasila, khususnya nilai keadilan, toleransi, kemanusiaan yang adil, gotong royong, dan kepemimpinan bijaksana, dalam mata kuliah Pendidikan Pancasila pada tingkat perguruan tinggi untuk menanggulangi kasus bullying. Penelitian menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi untuk mendalami pemahaman mahasiswa terhadap nilai-nilai Pancasila dalam konteks ini. Hasilnya menunjukkan bahwa pelaksanaan nilai-nilai tersebut dalam perkuliahan secara signifikan meningkatkan pemahaman, sikap, dan komitmen mahasiswa dalam mencegah dan mengatasi bullying di lingkungan kampus. Dengan melibatkan mahasiswa dalam kegiatan pembelajaran yang mencakup diskusi, proyek, praktik lapangan, kampanye kesadaran, dan refleksi, pendidikan karakter yang kuat didukung oleh Pancasila dapat menjadi landasan penting dalam membentuk mahasiswa yang memiliki jiwa sosial yang kuat dan siap menghadapi tantangan di masa depan.</span></em></p>2024-06-25T00:00:00+00:00Copyright (c) 2024 Sahronahttps://journal.binus.ac.id/index.php/icj/article/view/11405Edukasi Publik dalam Lomba Desain Poster Simbolik2024-05-07T03:10:47+00:00Erik Armayudaarmayuda@trilogi.ac.id<div> <p class="abstract"><span lang="EN-ID">Sexual violence in educational settings deprives students of the freedom to develop their potential in a healthy, safe, and optimal environment. Various forms of sexual violence harm students, educators, and staff, potentially hindering or eliminating their opportunities to learn and teach. In alignment with Sustainable Development Goal 16: Peace, Justice, and Strong Institutions, the Ministry of Education, Culture, Research, and Technology issued Regulation No. 30 of 2021 for higher education institutions. Initiatives under the Prevention and Handling of Sexual Violence (PPKS) program have shown promising results. One example is the Symbolic Poster Design Competition as Public Education, where 391 participants showed great enthusiasm. The research aimed to describe the competition process and raise awareness about the importance of PPKS. The competition was organized using Erick Karjaluoto's design method. This paper focuses on two main discussions: how to design criteria and schemes for a competition that educates the younger generation, and the participants' responses to the competition. The study concluded that the symbolic poster competition encouraged participants to show sympathy towards victims, avoiding traumatic elements in their designs. While solution-oriented posters are useful for potential users, designs with constructive purposes are meaningful for organizers, users, and designers.</span></p> </div> <div> <p class="abstract"><strong><span lang="EN-ID">Keywords</span></strong><span lang="EN-ID">: Poster Design Competition, Design Method, Symbolic Poster, Design Competition Mechanism, SDG Goal 16</span></p> <p class="abstract"> </p> </div> <p>Kekerasan seksual dalam konteks pendidikan merampas kebebasan siswa untuk mengembangkan potensi mereka dengan kondisi yang sehat, aman, nyaman, dan optimal. Berbagai bentuk kekerasan seksual mengakibatkan kerugian bagi mahasiswa dan para pendidik serta staf kependidikan, yang dapat menghambat atau bahkan menghilangkan kesempatan mereka untuk belajar dan mengajar. Sebagai perwujudan SDG Goals 17 yaitu Peace, Justice and Strong Institutions, maka dikeluarkannya Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Permendikbudristek) No. 30 Tahun 2021 di lingkungan perguruan tinggi. Kegiatan dalam rangka PPKS menunjukkan hasilnya. Salah satu contohnya adalah penelitian dengan Lomba Desain Poster Simbolik Sebagai Edukasi Publik. Sebanyak 391 peserta menunjukkkan atusianisme yang besar untuk mengikuti lomba poster simbolik tentang Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual (PPKS). Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan proses kegiatan lomba dan awareness tentang pentingnya PPKS. Metode yang digunakan adalah studi kasus. Permasalahan dalam penelitian ini ada dua yaitu: 1. Bagaimana proses lomba desain dalam mengedukasi para generasi muda? 2. Bagaimana respons peserta lomba? Kesimpulan dari penelitian ini adalah melalui lomba poster simbolik ini mengangkat isu pelecehan seksual dan menaruh simpati kepada korban untuk tidak memberikan unsur traumatis. Desain poster yang solutif akan berguna bagi calon pengguna, namun desain yang memiliki tujuan konstruktif akan bermakna bagi penyelenggara, pengguna, dan desainernya itu sendiri.</p>2024-06-25T00:00:00+00:00Copyright (c) 2024 Erik Armayudahttps://journal.binus.ac.id/index.php/icj/article/view/11414Pendapat Generasi Muda terhadap Pelestarian Budaya Feng Shui Secara Berkelanjutan2024-04-16T10:35:50+00:00Julina Yapjulina@usu.ac.id<div> <p class="abstract"><span lang="EN-ID">The importance of preserving traditional Chinese culture in Indonesia and the declining understanding of traditional Chinese culture among young Chinese Indonesians in the modern era have prompted the author to investigate the perspectives of young Chinese Indonesians towards one aspect of traditional Chinese culture, namely Feng Shui. The respondents of this study comprised 35 individuals of Chinese descent. Data collection was conducted using questionnaires distributed through Google Forms. The respondents were members of Generation Z, aged between 12 and 27 years. The conclusion of this study indicates that one of the dominant factors influencing young Chinese Indonesians to believe in and practice Feng Shui is family tradition. Conversely, the factors that lead young Chinese Indonesians to disbelieve in and not practice Feng Shui are its perceived inconsistency with logical reasoning and the influence of religion. A recommendation for future research is to include a more diverse range of respondents from Generation X and the millennial generation, in order to map out the differences in perspectives across generations and their underlying causes.</span></p> </div> <div> <p class="abstract"><strong><span lang="EN-ID">Keywords</span></strong><span lang="EN-ID">: Feng shui, generation z, family tradition, religion</span></p> <p class="abstract"> </p> </div> <p>Pentingnya pelestarian kebudayaan tradisional Tionghoa di Indonesia, dan semakin rendahnya pemahaman generasi muda Tionghoa Indonesia tentang kebudayaan tradisional Tionghoa di era modern ini, mendorong penulis untuk meneliti tentang pandangan generasi muda Tionghoa Indonesia terhadap salah satu budaya tradisional Tionghoa, yaitu <em>Feng Shui</em>. Responden dari penelitan ini adalah sebanyak 35 orang keturunan Tionghoa. Pengumpulan data dilakukan berdasarkan hasil pengisian kuesioner dalam bentuk Google Form. Responden penelitian adalah generasi Z yang berusia 12 sampai 27 tahun. Kesimpulan dari penelitan ini adalah salah satu faktor dominan yang mempengaruhi generasi muda Tionghoa Indonesia untuk percaya dan menerapkan budaya <em>Feng Shui</em> adalah karena tradisi keluarga. Sedangkan factor yang mempengaruhi generasi muda Tionghoa Indonesia untuk tidak percaya dan tidak menerapkan budaya <em>Feng Shui </em>adalah karena dinilai tidak sesuai dengan logika berpikir dan pengaruh agama. Saran untuk penelitian selanjutnya adalah responden penelitian lebih bervariasi dari generasi X dan generasi milenial, sehingga dapat dipetakan perbedaan pandangan dari setiap generasi dan faktor penyebabnya.</p> <p><em>Kata kunci:</em><em>Feng Shui, Generasi Z, tradisi keluarga, agama</em></p>2024-06-25T00:00:00+00:00Copyright (c) 2024 Julina Yaphttps://journal.binus.ac.id/index.php/icj/article/view/11572Urgensi “Rasionalitas Hati” Blaise Pascal di Tengah Maraknya Intoleransi Antar Umat Beragama di Indonesia2024-05-08T03:14:06+00:00Hendrikus Makuabunahendrik@gmail.com<div> <p class="abstract">This paper aims to examine the concept of “rationality of the heart” proposed by Blaise Pascal as a foundation for fostering interfaith tolerance in Indonesia. The method used in this study is qualitative-descriptive, with literature review serving as the data collection instrument. Through this methodology, researchers have found that Pascal's concept of the “rationality of the heart” provides an alternative yet crucial idea in responding to the widespread phenomenon of interfaith intolerance. Pascal's thought becomes relevant in countering intolerant practices not only at the grassroots level but also those perpetuated by the state through various discriminatory policies. Moreover, issues of intolerance are also fueled by an exclusive understanding of religion, characterized by the belief that one's own religion is the sole bearer of truth (truth claim). Pascal proposes that religious issues, which often revolve around dogmas—the products of mere intellectual contemplation and sources of conflict between right and wrong—should be transformed by placing the heart as the new foundation. In Pascal's perspective, the “heart” is one filled with compassion, capable of transcending religious boundaries by experiencing the tangible presence of God in a diverse national and societal life.</p> </div> <div> <p class="abstract"><strong>Keywords</strong>: Attitude of Intolerance, Religion, Rationality of the Heart, Blaise Pascal</p> <p class="abstract"> </p> </div> <p><em>Tulisan ini bertujuan untuk mengkaji konsep “rasionalitas hati” yang digagas oleh Blaise Pascal sebagai dasar dari sikap toleransi antarumat beragama di Indonesia. Metode yang digunakan dalam studi ini ialah metode kualitatif-deskriptif, dengan studi literatur sebagai instrumen pengumpulan data. Dengan metodologi tersebut, para peneliti menemukan bahwa konsep dari Pascal tentang “rasionalitas hati” menjadi suatu gagasan alternatif tetapi sangat urgen dalam merespons fenomena maraknya sikap intoleran antarumat beragama. Pemikiran Pascal menjadi relevan, juga untuk menangkal praktek-praktek intoleran, yang tidak hanya dilakukan oleh masyarakat akar rumput, tetapi juga oleh negara melalui aneka kebijakan yang diskrimitaif. Selain itu, persoalan intoleransi juga dipicu oleh tingkat pemahaman agama yang ekslusif, bahwa hanya agamanya sendiri yang benar (truth claim). Pascal memproposalkan agar persoalan seputar agama yang hanya berkutat pada dogma-dogma, yang adalah hasil permenungan akal budi semata dan menimbulkan pertentangan antara yang benar dan salah, mesti diubah dengan menempatkan hati sebagai dasar yang baru. “Hati’ dalam perspektif Pascal adalah ‘hati’ yang penuh cinta kasih, ‘hati’ yang mampu menembus batas-batas ruang agama dengan merasakan kehadiran Tuhan yang konkret dalam kehidupan berbangsa dan bernegara yang majemuk. </em></p>2024-06-25T00:00:00+00:00Copyright (c) 2024 HENDRIKUS MAKUhttps://journal.binus.ac.id/index.php/icj/article/view/11623Peran Teresa Magbanua dalam Revolusi Filipina 18982024-05-17T01:50:05+00:00Dita Putri Prameswariditapprameswari@gmail.com<div> <p class="abstract">This paper will discuss the role of Teresa Magbanua during the Philippine Revolution against Spain in the provinces of Capiz and Iloilo in the Western Visayas region from November to December 1898. Teresa Magbanua, who had a background as a schoolteacher in Iloilo, obtained her teaching certificate from Colegio de Dona Cecilia and completed her postgraduate education at the University of Santo Tomas in Manila. Magbanua led Filipino troops under the Katipunan organization, which was established in 1892 with the aim of opposing Spanish colonial rule. During the conflict with Spanish forces, Magbanua and her troops employed guerrilla warfare strategies. Her struggle concluded in December 1898 with the signing of the Treaty of Paris between Spain and the United States. Furthermore, this paper will explore Magbanua's role in organizing military strategies and combat tactics during the Philippine Revolution. Following the end of the war, Philippine revolutionary leader Emilio Aguinaldo declared independence, marking the end of Spanish rule and the beginning of Philippine independence. This study will employ historical methods consisting of four stages: heuristics, criticism, interpretation, and historiography, utilizing both primary sources such as archives and secondary sources such as books, journals, and dissertations. The findings of this research will highlight the impact of Teresa Magbanua's role after the Philippine Revolution and identify best practices that can be learned from her contributions to the revolution.</p> </div> <div> <p class="abstract"><strong>Keywords</strong>: Teresa Magbanua; Philippine Revolution; colonialism</p> <p class="abstract"> </p> </div> <p><em>Makalah ini akan membahas peran Teresa Magbanua di masa Revolusi Filipina ketika menghadapi Spanyol di Provinsi Capiz dan Iloilo di wilayah Visayas Barat pada November hingga Desember 1898. Teresa memiliki latar belakang sebagai guru sekolah di Iloilo. Ia meraih sertifikat guru di Colegio de Dona Cecilia dan berhasil menyelesaikan pendidikan pascasarjana di Universitas Santo Tomas, Manila. Teresa Magbanua memimpin pasukan tentara Filipina yang berada di bawah organisasi Katipunan. Katipunan adalah organisasi yang dibentuk pada 1892 yang bertujuan melawan kekuasaan kolonialisme Spanyol. Selama bertempur melawan kekuasaan Spanyol, Teresa Magbanua bersama pasukannya menggunakan strategi perang gerilya. Perjuangan Magbanua berakhir pada Desember 1898 dengan ditandatanganinya Perjanjian Paris antara Spanyol dengan Amerika Serikat. Lebih jauh, tulisan ini akan mengeksplorasi peran Magbanua dalam mengatur strategi perang dan taktik pertempuran di masa revolusi Filipina. Dengan berakhirnya perang, pemimpin revolusi Filipina yaitu Emilio Aguinaldo mendeklarasikan kemerdekaan yang menandai kemerdekaan Filipina dan berakhirnya kekuasaan Spanyol. Penelitian ini akan menggunakan metode sejarah yang terdiri dari empat tahapan yaitu heuristik, kritik, interpretasi dan historiografi, serta menggunakan baik sumber primer seperti arsip maupun sumber-sumber sekunder berupa literatur dalam bentuk buku, jurnal, dan disertasi. </em><em>Hasil dari penelitian ini adalah munculnya dampak dari peran Teresa Magbanua setelah Revolusi Filipina berlangsung dan adanya praktik baik yang dapat dipelajari dari peran Teresa Magbanua dalam revolusi.</em></p>2024-06-25T00:00:00+00:00Copyright (c) 2024 Dita Putri Prameswarihttps://journal.binus.ac.id/index.php/icj/article/view/11789Editorial2024-06-25T06:55:39+00:00ICJic.journal@binus.edu2024-06-25T00:00:00+00:00Copyright (c) 2024 ICJ